Sabtu, 24 Juli 2010

Ajarkan Aku Tertawa

Ya Allah,
Sejak terlahir dalam cemas puas tercapai
Sehabis menelan minuman anggur kebohongan,
sehabis senggama dengan kemunafikan,
sehabis terbakar kalbuku
selalu tersisa sedih terdalam
Berbulan-bulan ini aku meringkuk dalam batas waktu
menguntit bayang hitam semu
dan sujudkupun gemetar
menenggelamkan diri dalam sepenuh rahasia
Selalu, selalu tersisa sedih di wilayah jiwa
tak terbatas sukma, memanggangku sunyi hampa
siapa gerangan pengobat duka,
dan di mana gerangan wajah tertawa rahasia

Ya Allah,
Sejak terlepas dari cengkeraman berbisa
aku hanya membisu
selama itu pula aku lupa cara menggerakkan bibir
Kau tak kurang-kurangnya mengunjungiku
bersama cahaya Nur-Mu
namun setiap saat sekujur tubuh ini renta
dan ruh kesunyianku tersungkur, menggeliat

Ya Allah,
Terlalu melimpah kesedihan mengalir
membuat hidupku roboh, luar biasa tumbangnya
ketika surya tepat di atas,
aku tergugah untuk menghalau prasangka
meninggalkan bayangan kesedihan,
mengulum-ulum duka,
dan aku tergugah, dahsyat sekali
Keheningan malam berlarut
tibalah pada puncak semesta
ketika fajar di pangkal keagungan-Mu,
aku telah tiba.

Tapi di manakah rahasia penawar kesedihan ?
Menyelinap di baying-bayang firman-Mu, aku mulai terbang menikmati garis hidup, menyisir masa lalu dan menggali keangkuhan karang menjulang.
Terbengong-bengong akhirnya
Banyak berharap padanya segumpal derajatku yang rendah
Aku tak bias berbicara lagi setinggi dan seindah panorama nirwana.
Ia telah tertawa, Ya Allah …. ia tertawa
Aku ingin tertawa seperti hal dia
tetapi aku tidak mencari di hamparan kerdil hatinya
Sebab aku mampu tertawa seribu kali dalam sehari, seperti halnya dia mampu mengakak dalam lintasan petualangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar