Sabtu, 24 Juli 2010

Rayulah Aku Kau Kutendang

Jadi cowok jangan cengeng, tapi harus tegar. Jangan nangis hanya karena cewek, apalagi hingga ngurung sendiri di kamar. Menurut Arjuna, cewek itu ibarat pasir di pantai. Bukan hanya ribuan, tapi jutaan. Tinggal pilih saja. Dari sekian cewek, masa enggak satupun yang nyantol. Wah, itu sih keterlaluan. Bodoh namanya. Kalau enggak percaya, ikuti aku ke pantai. Biar kutunjukan caranya. Kucari, kurayu, kudapat. Gampang kan. Itulah sesumbar Arjuna. Tapi benarkah demikian. Mari kita ikuti ceritanya dalam Naskah Film Komedi Rayulah Aku, Kau Kutendang. Cerita ini dibuat berkat motivasi seorang sutradara komedi yang pernah memuji caraku membuat komedi dan menyarankan agar saya membuat naskah film komedi.

Judul ini merupakan salah episode dari Serial Arjuna Playboy Letoy. Naskah ini ditulis tahun awal tahun 2010 dan tak lama lagi akan terbit menjadi sebuah novel. Cinta langkah Seribu, Rayuan Malam Jum’at Kliwon dan Ramuan Cinta Dukun Sakti merupakan tiga episode lain dari serial tersebut. Pokoknya cerita komedi ini kocak banget. Inilah Cuplikan Cerita Rayulah Aku, Kau Kutendang.

Sebuah boat berlabuh di sebuah dermaga. Belasan cewek dan cowok berusia belasan tahun keluar. Segera mereka menuju sebuah saung. Setelah meletakan barang bawaannya, mereka beristirahat, duduk di tempat itu. Namun tidak dengan Arjuna. Istirahat tak penting baginya. Yang penting dia segera mendapatkan cewek. Beruntung sekali dia, baru saja menginjakan kaki di pantai, seorang cewek menghampirinya. Rupanya cewek itu sedang memburu bola. Dengan reflek, Arjuna memberikan bola itu. Lebih beruntung lagi, karena dia dapat lambaian tangan.

Lagi asyiknya melambaikan tangan, Ucok memanggilnya. Ketua rombongan itu meminta Arjuna untuk kumpul, merencanakan pembuatan tenda dan acara selama liburan di ini. Sambil melambaikan tangan, Arjuna mundur. Tanpa diketahuinya, seorang cewek lain duduk di atas pasir dengan seorang cowok. Kaki Arjuna tersandung dan jatuh. Memang tidak menindih Si Cewek itu, tapi menindih Si Cowok yang sedang telungkup, membuat cowok itu mengerang kesakitan.

Si Cewek marah besar. Makianpun keluar bagai majikan cerewet memarahi pembantunya. Selanjutnya dia melayangkan pukulan, mirip pukulan Chris Jhon. Pukulan itu tepat mengenai jidat. Namun aneh. Yang menjerit malah dia, bukan yang dipukul. Tangannya seperti membentur batu besar. Terang saja muka badak. Segemgam pasir segera dilemparkan. Lemparan itu tepat mengenai muka dan mata, membuat pandangan Arjuna menjadi gelap. Tak dengan itu, sebatang ranting langsung dipukulkan. Namun yang menjerit malahnya cowoknya. Terang saja, saat dipukul Si Cowok sedang mengangkat tubuhnya, Arjuna seperti menunggang kuda pacuan.

Itulah cerita awalnya. Selanjutnya cerita kocak yang lain menyusulnya. Tidak kurang dari tiga puluh adegan kocak, lengkap dengan dialog-dialognya yang juga tak kalah kocaknya. Pantai dan cewek menjadi latar belakang obyek seluruh ceritanya. Ditambah dengan obyek lain yang terdapat di pantai, seperti para pengunjung, bangunan, pohon kelapa, rumpun bunga, pasir, air laut dan bola serta obyek lainnya. Yang pasti cerita ini sangat kocak dari awal hingga akhir dan dapat mengundang tawa seluruh penonton. Kemudian penggarapannya tidak membutuhkan biaya yang mahal. Masih penasaran. Berikut cuplikan cerita yang lain.

Meski telah melewati sore dan malam, namun Arjuna tidak dapat membuktikan omongannya, malah semua berbuntut dengan sial. Berkali-kali Arjuna menjadi sasaran kemarahan cewek-cewek. Berkali juga dia kena damprat cowok-cowok dan pengunjung pantai lainnya. Apa daya, pikirnya. Teman sendiri juga jadilah. Yang penting selama liburan di pantai, dia dapat cewek sebagai kenangan dalam hidupnya. Siapa lagi kalau bukan Mona, cewek cantik yang sudah diincarnya. Namun dia tak pernah punya kesempatan. Namanya juga di sekolah, ada saja yang mengganggunya.

Di hamparan pasir putih, dia berdiri di belakang Mona. Laut yang membiru dan angin yang kencang serta perahu yang mendayu menjadi sarana baginya untuk mengeluarkan rayuannya. Mona tak beranjak dari tempatnya hingga Arjuna semakin gencar merayu, dengan segala kemampuannya. Namun Arjuna kecewa, ternyata yang dirayu itu bukan Mona. Tetapi seorang bencong yang kebetulan bentuk tubuh dan bajunya sama dengan Mona. Pelukan dan ciuman bibir merah bencong menjadi hadiah utamanya, membuat pipinya penuh dengan gincu merah bercap bibir. Tak jauh dari Arjuna, Mona dan teman-temannya tak dapat menahan tawa. (Usni Arie, Mei 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar